Minggu, 02 Februari 2014

PAKAIAN ADAT SULAWESI BARAT





Provinsi Sulawesi Barat memiliki keragaman tata busa atau baju tradisionalnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tari tradisional Sulawesi Barat yang memiliki keragaman dalam busananya.Misalnya, pada tari Bamba Manurung yang merupakan tarian adat Tradisional yang biasa dipertunjukkan pada saat acara pesta Adat Mamuju di hadapan para penghulu adat dan tokoh masyarakat Mamuju. Busana yang dipakai pada tari tersebut bernama baju Badu. Adapun perlengkapan atau aksesoris yang menghias pada baju ini ialah bunga beru-beru atau bunga melati dan kipas

Ada lagi tari Bulu Londong yang merupakan tarian tradisional yang dilakukan sebagai pengucapan syukur dalam acara Rambutuka. Tarian ini menggunakan baju adat mamasa. Baju adat mamasa terbuat dari bulu burung. Adapun aksesoris yang melengkapi baju adat ini ialah kepala manusia, sengo, terompet alam bambu, tombak atau pedang
Tarian yang lainnya ialah tari Ma’bundu  yang merupakan tarian perang tradisional kreasi baru yang dipadukan dengan beberapa tarian Tradisional Kecamatan Kalumpang dan kecamatan Bonehau  Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Busana yang dipakai pada tari ini ialah pakaian kebesaran BEI. Baju kebesaran BEI dihiasi dengan ukir-ukiran yang  terbuat dari kerang kecil. Pakaian kebesaran BEI dihiasi dengan topi bertanduk dan berpalo-palo. Aksesori pada bagian tangan berupa potto ballusu (gelang-gelang ditangan). Para penari menggunakan tombak, gendang.
Selain baju adat yang biasa dikenakan dalam pertunjukan tari, Sulawesi Barat terkenal dengan tenu ikat tradisional sekomandi yang berasal dari Kalumpangan. Tenun ikat tradisional merupakan produk budaya yang telah berusia ratusan tahun dan terus dipelihara oleh masyarkat adatnya. Tenun Tradisional Sekomandi Kalumpang, terbuat dari kulit kayu dengan pewarna alami. Pewarna tersebut diambil dari salah satunya cabai. Untuk memberi warna, mula-mula kulit kayu ditumbuk kemudian diolah untuk  pintal.  Untuk membuat zat pewarna alami dari cabai, cabai di racik dan kemudian di campurkan dengan corak warna lainnya yang diinginkan. Biasanya tenun ini di dan  didominasi dengan warna  hitam, coklat, merah, dan kream.  Warna dasar adalah hitam.

Keunikan kain tenun ini terdapat di pola, warna, dan struktur kain. Semuanya dikerjakan dengan tangan dan di tenun dengan alat tradisional. Dbutuhkan waktu berminggu-minggu hingga hitungan bulan untuk memperoleh tenunan kualitas terbaik yang harganya bisa mencapai sepuluh juta rupiah.
Tenun tradisional sekomandi telah dikenal di mancanegara.karena dipasarkan melalui Bali oleh para pembuat kain dari Kalumpang. Banyak juga turis yang langsung membeli dipusat pembuatannya. Tenun ini dapat digunakan untuk untuk pakaian, selendang, taplak, dan banyak lagi.
Pemerintah kabupaten Mamuju secara aktif telah melakukan upaya pelestarian. Pelestarian tersebut berupa pemeliharaan, pendokumentasian, dan mempublikasikan warisan budaya, agar asset parawisata tradisional tetap terjaga.








Sebelumnya Sulawesi Barat adalah sebuah wilayah di sebelah utara provinsi Sulawesi Selatan. Akhirnya beberapa kabupaten membentuk provinsi tersendiri dengan nama Sulawesi Barat.
Anjungan Sulbar di Taman Mini menampilkan rumah bangsawan suku Mandar yang dikenal dengan nama salassa. Rumah ini berupa rumah panggung yang dihuni oleh kaum bangsawan Mandar. Aslinya rumah ini dibuat dari kayu dengan atap dari sirap, nipah atau rumbia.

Di halaman anjungan terdapat replika balai adat dalam bentuk kecil dan miniatur perahu sandeq. Sandeq adalah perahu tradisional khas Mandar yang dilengkapi dengan cadik dan layar. Bentuknya yang kecil mampu melesat dengan kencang.

Di anjungan Sulbar, saya bisa melihat pelaminan adat Mandar seagai etnis terbesar di Sulbar. Dilengkapi dengan pakaian adat Mandar, Toraja, Bugis dan Makassar dan beberapa daerah lain. Sayang manekin disini tidak dilengkapi dengan nama suku dan asal daerah.